Kasih Sayang Seorang Nenek kepada kucing

Ini sebuah cerita tentang seorang nenek yang sudah ditinggal suaminya meninggal. Anaknya juga sudah meninggal karena tenggelam. Di rumahnya, nenek itu tinggal bersama kucing yang sangat banyak jumlahnya. Iya beliau memang penyayang kucing seperti Sahabat Abu Hurairah R.A. Bahkan saking dekat dan sayangnya beliau terhadap kucing, para kucing itu sudah seperti layaknya teman hidup yang sangat pengertian. Ada beberapa kucingnya yang kalau ingin kencing pasti berlari ke kamar mandi tanpa harus diperintah. Kalau mau buang Air Besar pun  mereka pasti keluar rumah dan menuju ke tempat mereka biasanya buang air besar. Jadi, soal kotoran tak perlu risau lagi. Seperti yang kita ketahui bahwa kotoran kucing adalah salah satu kotoran yang sangat bau, Bahkan konon bakteri yang ada dalam kotoran kucing itu tetap masih ada meski sudah kering dan bertahun-tahun tertimbun tanah. Terkadang kita sendiri berpikir kalau kucing-kucing yang dipelihara beliau itu lebih sopan dan pengertian daripada para tetangganya yang suka memandang sebelah mata yang terkadang suka menaruh curiga, dan lain sebagainya. Kehadiran kucing-kucing itulah yang selama ini menemaninya dalam kesendiriannya dan mengisi hari-hari tuanya seperti layaknya Sahabat Abu Hurairah R.A yang hari-hari bersama istrinya juga ditemani oleh kucing. Beliau curahkan kasih sayang dan perhatiannya kepada makhluk ciptaan Allah dan juga binatang kesayangan Rasulullah SAW dan Sahabat Abu Hurairah yang baginya bisa menumbuhkan rasa syukur dengan memberi makan, mengelus, menggendong atau menimangnya.

Semua warga di daerah beliau sudah tahu itu. Maka, tidak jarang jika ada di antara tetanggnya yang kebetulan rumahnya dimasuki kucing liar untuk beranak dan tetanggnya tersebut tidak suka dengan kucing, maka tetangganya tersebut akan meletakkan anak-anak kucing itu dihalaman rumahnya. Padahal ibu dari anak-anak kucing itu tidak mau menyusui lagi kalau anak-anaknya dipegang manusia atau di pindah dari tempatnya beranak ke tempat lainnya.
Namun, nenek itu akan selalu menerima anak-anak kucing buangan itu seperti layaknya kediaman Sahabat Abu Hurairah yang selalu terbuka untuk kucing dan Rasulullah SAW. Anak-anak kucing itupun akan tumbuh besar dalam asuhannya dan tidak dimakan oleh bapak dari anak-anak kucing itu. Sebab, banyak kasus sudah terjadi, kalau bapak dari anak-anak kucing kalau melihat anaknya yang jantan, kemungkinan besar akan dimakan atau ditantang berkelahi. Menurut beliau, "bapaknya anak-anak kucing itu khawatir kalau anaknya yang jantan jika sudah besar atau dewasa nanti akan suka dengan ibunya dan merebut ibunya dari bapaknya." Namun di tangan nenek, "pembantaian atau perkelahian antar sesama kucing" itu tidak pernah terjadi. Bahkan, kalau beliau menemukan ada anak kucing yang sudah ditinggalkan ibunya alias sudah tidak mau lagi menyusui karena sudah dipegang manusia atau dipindah dari tempatnya beranak ke tempat lainnya, nenek itu akan merawat dan meminumkan air perasan beras kepada mereka.
Beliau tidak pernah menolak kucing yang datang ke rumahnya layaknya Sahabat Abu Hurairah yang rumahnya sampai penuh dengan kucing.
Sebagian tetangganya sangat salut dengan beliau, nenek renta di usia senja yang berpenghasilan dari menjual pisang daun-daunnya dari kebun di belakang rumahnya itu tetap bisa memberi makan kucing-kucing kesayangannya itu seperti Sahabat Abu Hurairah yang bisa memberi makan kucing dari menyisakan sebagian lauk yang biasa beliau makan. Sempat ditelisik penghasilan nenek itu. Dan, hasilnyapun tidak masuk akal kalau untuk memenuhi kebutuhan semua kucing-kucingnya. Sebab, tidak setiap hari beliau memanen pisang dan daun-daunnya.
Harga satu ikat daun pisang di pasar hanya lima ratus rupiah. Sementara satu ikat daun itupun terdiri dari berlembar-lembar daun pisang. Paling kalau panen daun pisang, beliau hanya mendapatkan uang antara delapan ribu sampai duabelas ribu rupiah saja. Sementara buah pisangnyapun harus menunggu matang baru bisa dijual dan tidak setiap minggu ada yang bisa dijual. Dari penghasilannya itu saja, nenek sudah bisa memberi makan kucing 3 kali sehari. Dari mana rezeki itu selalu ada? sungguh kalau menurut perhitungan secara akal sehat, sangatlah tidak masuk akal!
Selain kesibukannaya dalam memperhatikan kucing, beliau juga punya satu aktivitas yang hampir tidak pernah di tinggalkan, sholat lima waktu berjamaah di Masjid. Setiap kali Adzan berkumandang, beliau akan keluar rumah menuju Masjid melalui jalan di samping pasar. Namun khusus untuk Adzan Shubuh, Dzuhur, dan Maghrib, sebelum adzan berkumandang beliau akan menyiapkan nasi beberapa bungkus nasi yang dicampur gereh atau ikan asin untuk makan kucing-kucing liar yang biasa keluyuran atau berkeliaran di pasar. Dan, begitu memasuki jalan yang disamping pasar itu, lebih dari sepuluh kucing sudah berdiri menunggunya. Kemudian, begitu melihat nenek tersebut, kucing-kucing itupun akan berlarian mengejar. Subhanallah indah sekali pemandangan tersebut. Sebagian tetangganya ada yang heran, padahal nenek-nenek atau orang yang melalui jalan menuju masjid itupun tidak hanya satu dua. Namun, dari kejauhan kucing-kucing itu sudah bisa mengenal beliau seperti Sahabat Abu Hurairah yang sudah biasa dikenal oleh kucing dan Sahabat-sahabat Rasulullah SAW yang lain.
Kemudian nenek itu akan meletakkan nasi bercampur gereh atau ikan asin yang sudah dibagi menjadi beberapa bungkus itu ke beberapa titik di sepanjang jalan.
Kucing-kucing itu akan berlarian, seperti sudah tahu dimana mereka biasa makan.
Beliaupun akan menunggui mereka. Sebab, terkadang ada beberapa kucing yang bertengkar. Kalau hal itu terjadi maka beliau pun akan mendamaikannya dengan indah. Mengambil salah satu yang bertengkar, menggendong, kemudian meletakkan di salah satu titik nasi bungkus lainnya. Setelah semua kucing itu mendapatkan bagian dan bisa makan dengan tidak saling bertengkar, beliau baru berangkat ke Masjid.
Sementara bagi beliau, adzan adalah panggilan dari Rabb-Nya, suara adzan pun bisa membuat kucing-kucing yang tadinya keluyuran atau berkeliaran di pasar atau daerah lain akan berlarian dan berkumpul di jalan menuju masjid.
Kalau adzan shubuh, Dzhuru, dan Maghrib kucing-kucing itu berlarian seolah mereka sudah tahu akan diberi makan, namun untuk adzan Ashar dan Isya'pun mereka akan melakukan hal yang sama, berkumpul di jalan itu seolah hanya ingin mengantarkan beliau ke masjid seperti Sahabat Abu Hurairah ketika hendak pergi ke masjidpun di iringi oleh kucing.
Setelah mereka makan, beberapa kucingpun akan ke masjid, sebagian yang lain akan kembali keluyuran atau berkeliaran.
Tadinya, beberapa kucing menyusul ke masjid itu akan naik ke masjid dan duduk sembari menunggu sholat jamaah berakhir. Namun, sebagian jamaah masjid khawatir kalau kucing-kucing itu akan membawa najis, beliau pun menerima laporan itu dengan lapang dada. Dan, sebagian jamaah masjid tersebut tidak pernah mengerti bagaimana caranya. Tiba-tiba, setelah mendapatkan laporan itu, keesokan harinya, kucing-kucing itu tidak pernah lagi naik ke masjid, namun duduk di anak tangga masjid sambil duduk, ada sebagian lagi tidur-tiduran. Sungguh, sangat mengherankan. Bagaimana caranya beliau menyuruh mereka? Bagaimana beliau ngomong atau berbicara dengan kucing-kucing itu? Ketika ditanya, beliaupun mengatakan kalau beliau tidak melakukan apa-apa. Tapi, mana mungkin bahkan sampai kebawa di pikiran. Jangan-jangan beliau punya kelebihan atau maunah seperti Nabi Sulaiman As yang bisa berbicara dengan binatang?
Setelah sholat berjamaah selesai, kucing-kucing yang menunggu di anak tangga masjid itupun tidak akan pergi sebelum nenek itu keluar. Kemudian, setiap kali nenek itu keluar dari masjid, beliau akan menggendong salah satu kucing. Dan, itu bergantian setiap kali selesai sholat berjamaah. Kalau Dzuhur beliau menggendong kucing yang berwarna putih-hitam, misalnya, waktu Ashar beliau akan menggendong kucing yang berwarna cokelat-putih, begitu seterusnya.
Sampai kemudian, setelah nenek itu berjalan di sepanjang jalan menuju masjid itu, di ujung jalan sebagian kucing akan berhenti, membiarkan beliau berjalan ke rumahnya, sebagian yang lain ikut.
Kemudian nenek itu masuk ke dalam rumah, kucing-kucing itu akan kembali keluyuran atau berkeliaran dan akan kembali lagi ke jalan menuju masjid itu untuk menyambut nenek pada adzan berikutnya, menerima perhatian dan kasih sayang dari beliau, menunggui beliau sholat, dan akan kembali mengantarkan beliau pulang.

2 komentar:

NF mengatakan...

Subhanallah bisa gitu ya, saking dekatnya hubungan si nenek dengan kucing, sampai2 kucing2nya nurut banget

btw dari yang pernah aku baca kucing itukan binatang paling bersih, tidak ada najis padanya, bulunya sangat bersih, bahkan dalam suatu riwayat air bekas minum kucing dipakai Rasulullah untuk berwudhu *cmiiw*

belajar agama islam dan teknologi mengatakan...

mbak NF : mungkin comment dari anti ada benarnya juga tapi :)

Posting Komentar

 
BloggerTheme by BloggerThemes | Design by 9thsphere